Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » X- Lampung » Ada Apa di Secangkir Kopi?

Ada Apa di Secangkir Kopi?

  • account_circle Admin
  • calendar_month Sen, 8 Sep 2025
  • comment 0 komentar

‎Oleh: Ali Rukman / Pendiri Perhimpunan Kawokh Bungkok Lampung Barat

‎Artikel, Lampung Barat, LambarXpose.com – Setiap kali dunia menyanjung kopi Lampung, mereka hanya memuja aroma dan rasa. Tapi siapa berani jujur menyebutkan isi sebenarnya secangkir kopi itu? Apakah hanya wangi dan kenikmatan—atau justru darah, raungan hutan, dan atau nyawa yang melayang?

‎Coba dengar keluarga Gunarso di Sumber Agung, Februari 2024 kehilangan kepala keluarganya dimangsa harimau. Sahri di Bumi Hantatai, nasibnya sama. Karim di Kali Bata Suoh, September 2024 tak pernah kembali. Zainudin, Januari 2025 ditemukan tubuhnya terpotong-potong di hutan Batu Brak. Dan terbaru, 5 September 2025, seorang petani pulang dengan tubuh penuh luka setelah diterkam harimau. Semuanya petani kopi. Mereka yang menanam, merawat, dan memanen biji yang memenuhi cangkir-cangkir dunia. Tapi siapa yang peduli pada luka mereka? Tak ada. Hanya berita singkat, lalu hilang. Sementara roda ekspor kopi terus berputar, seolah-olah nyawa mereka tidak pernah ada.

‎Harimau dituding sebagai pembunuh. Padahal ia pun korban. Hutannya dicincang jadi kebun, mangsanya hilang, aliran sungai menyusut. Maka manusia di tepi hutan pun jadi mangsa pengganti. Disebut konflik? Tidak. Ini pembunuhan berantai: hutan dibunuh, harimau dibunuh, lalu manusia pun ikut jadi korban. Para ahli ekologi sudah lama bilang: ketika harimau masuk kampung, itu alarm keras bahwa hutan sudah hancur. Dan jika alarm ini terus diabaikan, bukan cuma harimau yang punah, tapi manusia pun kehilangan rasa aman di tanah kelahirannya sendiri.

‎Di Lampung Barat, kopi bukan sekadar komoditas. Ia adalah identitas, warisan, bahkan nyawa. Dari kebun kopi, anak-anak bisa sekolah, dapur tetap ngebul, hajatan bisa berlangsung, ibadah bisa terjaga. Kopi adalah perekat sosial, bahasa ekonomi, dan cerita leluhur. Namun kini ada harga mematikan: setiap biji kopi yang ditanam di tepi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan bisa berarti taruhan nyawa. Dan harga itu tak pernah tercantum di brosur ekspor atau sertifikat “sustainability” yang dipajang perusahaan besar.

‎Lalu, di mana para pemilik modal? Di mana eksportir yang menumpuk laba dari setiap kontainer kopi? Mereka duduk nyaman di ruang ber-AC, sibuk menghitung untung, sibuk bicara branding. Tetapi mereka tak pernah mau menghitung berapa nyawa petani yang hilang di rimba. Sustainability macam apa yang hanya jadi hiasan brosur, sementara di lapangan darah terus menetes? Jika rantai pasok global hanya memoles citra tanpa ikut membayar solusi, maka semua itu cuma kebohongan mahal.

‎Ironi paling pahit: petani kecil berjudi dengan nyawa, sementara perusahaan besar di hilir rantai sibuk menjual slogan “kopi lestari”. Lestari untuk siapa? Jika hutan rusak, harimau terusir, dan petani jadi korban, maka “lestari” itu cuma mitos. Saatnya bicara terang-terangan: keadilan harus turun ke kebun. Para eksportir, pedagang besar, dan lembaga keuangan wajib ikut menanggung beban. Mereka harus ikut membayar sistem peringatan dini, kompensasi keluarga korban, pemulihan habitat, dan perlindungan petani. Jangan biarkan darah hanya ditanggung petani miskin yang bahkan tak pernah mencicipi kopi mahal yang mereka hasilkan.

‎Tapi ingat: solusi sejati tidak bisa lahir dari kertas proyek. Ia harus tumbuh dari tanah yang basah oleh keringat dan darah. Dari kampung yang tiap malam dihantui raungan hutan. Di sanalah kearifan lokal Lampung Barat harus bicara: nemui nyimah, falsafah leluhur yang mengajarkan harmoni antar-makhluk. Dalam adat, hutan adalah ruang sakral, bukan ladang rakus. Jika masyarakat diberi ruang, solusi akan berakar kuat. Petani bukan lagi objek, melainkan subjek yang menjaga hutan, yang menempatkan harimau bukan sebagai musuh, melainkan saudara tua dalam kosmos kehidupan.

‎Sekarang dunia harus memilih: terus menutup mata, atau mengakui bahwa secangkir kopi tidak pernah netral. Ia bisa jadi aroma kenikmatan, tapi juga bisa jadi tegukan darah. Jika keadilan tidak hadir di hulu, maka setiap cangkir kopi di kafe-kafe megah hanyalah simbol pengkhianatan terhadap hutan, harimau, dan petani yang jadi tumbal.

‎Ada apa di secangkir kopi? Jawabannya jelas: ada harum, ada nikmat, tapi juga ada luka, ada tangis, ada darah. Dunia tak boleh lagi berpura-pura tak tahu. (*)


  • Penulis: Admin

Rekomendasi Untuk Anda

  • Satuan Pendidikan Lampung Barat Ikrar Bersama Jauhi Pornografi, Napza, dan Perkawinan Anak

    Satuan Pendidikan Lampung Barat Ikrar Bersama Jauhi Pornografi, Napza, dan Perkawinan Anak

    • calendar_month Sel, 15 Jul 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 268
    • 0Komentar

    Lampung Barat, LambarXpose.com – Prihatin atas meningkatnya ancaman pornografi, penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif (Napza), perilaku sosial menyimpang, serta perkawinan anak di kalangan remaja, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat terus mengambil langkah strategis untuk mencegah dampak negatif tersebut terhadap generasi muda. Salah satu langkah nyata ditunjukkan melalui kegiatan sosialisasi dan pembacaan ikrar bersama anti pornografi, Napza, […]

  • Media Online di Ujung Luka: Ketika Pemerintah Daerah Memelihara Kesenjangan yang Tak Masuk Akal

    Media Online di Ujung Luka: Ketika Pemerintah Daerah Memelihara Kesenjangan yang Tak Masuk Akal

    • calendar_month Rab, 2 Jul 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 454
    • 0Komentar

    OPINI, LambarXpose.com – Di era digital yang seharusnya membuka ruang kesetaraan, justru ketimpangan kian nyata. Media online-yang selama ini menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi tercepat, termurah, dan terluas—masih terus menjadi anak tiri di mata pemerintah daerah se-Indonesia. Bukan hanya di Lampung Barat, bukan hanya di satu provinsi. Fenomena ini terjadi hampir merata di seluruh […]

  • 500 Bendera dari Warga untuk Negeri: Cerita Gotong Royong Lingkungan IX Simpang Serdang Sambut HUT RI ke-80

    500 Bendera dari Warga untuk Negeri: Cerita Gotong Royong Lingkungan IX Simpang Serdang Sambut HUT RI ke-80

    • calendar_month Sab, 9 Agu 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 355
    • 0Komentar

    Lampung Barat, LambarXpose.com – Menje lang perayaan HUT RI ke-80, warna merah putih mulai membanjiri sudut-sudut kampung di Lampung Barat. Tidak mau kalah semangat, warga Lingkungan IX Simpang Serdang, Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, punya cara unik dan penuh makna untuk memeriahkan momen bersejarah ini. Dipimpin Kepala Lingkungan, Prilly, warga sepakat menggalang dana bersama. […]

  • Ketua MUI Lampung Barat Resmikan Pondok Pesantren Nurul Badriyyah, Momentum Baru Pendidikan di Lampung Barat”

    Ketua MUI Lampung Barat Resmikan Pondok Pesantren Nurul Badriyyah, Momentum Baru Pendidikan di Lampung Barat”

    • calendar_month Kam, 3 Jul 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 587
    • 0Komentar

    Lampung Barat, LambarXpose.com  – Ust Hi Pairozi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lampung Barat meresmikan Pondok Pesantren Nurul Badriyyah di Pekon Watas, Kecamatan Balik Bukit. Peresmian ini dimeriahkan dengan pengajian Akbar dalam rangka Haflah Wisuda Khotmil Qur’an ke-VII, pengajian triwulan KBNU Balik Bukit, dan santunan yatim piatu. Kamis 3 Juli 2025. Pondok Pesantren Nurul […]

  • Skandal Sidomulyo: Dua Oknum Pejabat Diduga Provokasi Warga Hadang Satgas PKH Kejagung RI

    Skandal Sidomulyo: Dua Oknum Pejabat Diduga Provokasi Warga Hadang Satgas PKH Kejagung RI

    • calendar_month Jum, 1 Agu 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 503
    • 0Komentar

    Lampung Barat, LambarXpose.com — Proses penyitaan dan penguasaan kembali lahan kawasan hutan negara oleh Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) Kejaksaan Agung RI Kamis 31 Juli 2025 di wilayah Pekon Sidomulyo, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat, menghadapi hambatan serius berupa penghalangan dan penolakan dari sekelompok masyarakat.(31/07/2025) Ironisnya, aksi penghalangan dan penolakan tersebut diduga kuat dipicu […]

  • Polres Lampung Barat Ungkap Kasus Pencurian HP di Pajar Bulan, Pelaku Diamankan Tanpa Perlawanan

    Polres Lampung Barat Ungkap Kasus Pencurian HP di Pajar Bulan, Pelaku Diamankan Tanpa Perlawanan

    • calendar_month Rab, 6 Agu 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 631
    • 0Komentar

    Lampung Barat, LambarXpose.com — Jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Lampung Barat berhasil mengungkap kasus tindak pidana pencurian yang terjadi di wilayah Kelurahan Pajar Bulan, Kecamatan Way Tenong. Kejadian yang menimpa seorang warga berinisial TR tersebut terjadi pada 10 Mei 2025 dan menyebabkan kerugian sekitar Rp4 juta akibat kehilangan satu unit handphone Samsung Galaxy A50s. […]

expand_less